ayat ayat cinta
film ayat ayat cinta telah menjadi fenomena dalam duni hiburan di tanah air, tidak kurang dari 3 juta penduduk indonesia telah menonton film ini, apa yang menjadi magnet dari film ini, sehingga membuat masyarakat berbondong-bondong untuk menontonnya, bahkan orang yang jarang atau bahkan tidak pernah menginjakkan kaki di bioskop pun rela mengantri di loket hanya untuk dapat menonton.
aku sendiri, dua minggu yang lalu `dengan sepupuku aku bela-belain pergi ke bioskop di kota tetangga yang berjarak 40an kilo (di kotaku tercinta tidak ada bioskop), setelah sebelumnya telp tetangga yg kerja di kota tsb untuk minta tolong titip beli tiket, akhirnya kami dapat tiket jam 9 malam. dengan berbekal penasaran terhadap film tsb, setelah 1 tahun sebelumnya baca novelnya sampai berkali-kali, kami bertiga akhirnya kesampaian juga nonton film ayat-ayat cinta tsb.
namun pas nonton film tsb, bukannya rasa puas, namun kekecewaan yang kami dapatkan.
dalam fil ayat-ayat cinta aku tidak menemukan ruh dari film tsb,namun yang terpenting adalah tidak adanya suasana mesir. karakter para tokohnya pun kurang kuat,
adapun tokoh yg kurang menurutku
aisya, terlalu pencemburu.
maria, dalam adegan dia membacakan surat maryam, keliatan banget kalo jarang baca qur'an, juga kurang kuat karakter pemainnya.
nurul, jujur sblm liat film ini aku pikir pemeran nurul adl zaskia am, bukannya melani putria
noura, kurang............
baadur, alih-alih wajah arab-afrika, malah lebih condong ke wajah india
dan masih banyak lagi
dan lagi, kalau diperhatikan dengan teliti, dalam adegan di rumah sakit dan di rumah paman aisya', ada microphon yang nongol disana (apaan tu)
selain tokoh yg kurang, dalam penceritaannya pun menurut aku terlalu sinetron banget, jadi seperti liat sinetron yang di layar lebarkan, apa kerna buatan MD yg hobi bikin sinetron ya?
mungkin yang bikin film ini meledak adalah tema yang diangkat, sekitar poligami (bukannya dalam novel tentang perjuangan hidup seorang fahri???).
poligami yang sensitif dalam masyarakat indonesia mungkin adalah salah satu daya tarik film ini, selain tema yang religius.
kita yang selama kebangkitan film nasional selalu disuguhi tayangan yang monoton, kalo bukan horor, ya percintaan, tapi paling banyak horor, dan tayangan-tayangan tahayul, mungkin sudah bosan dan mencari tayangan lain yang didapat dari film ini.
semoga film ini merupakan kebangkitan film dengan tema yang lurus, bukannya tema-tema yang menjual mimpi
Baca Selengkapnya...